Salah satunya berhubungan dengan pemanasan global. Saat ini sudah hadir beberapa konsep teknologi yang dapat diterapkan kepada bangunan-bangunan sehingga bangunan yang menggunakan teknologi ini akan tahan terhadap gempa. Tentu saja teknologi tersebut belum berfungsi sepenuhnya. Tetapi jika dilihat lebih lanjut lagi, fungsi dari alat ini sudah berjalan, yang dapat diperkirakan akan lebih sukses di tahun yang akan datang.
Negara
Jepang adalah negara yang bangunannya menggunakan bahan anti gempa yang membuat
bangunan tersebut anti gempa. Hal tersebut dikarenakan Negara Jepang adalah
salah satu negara yang sering terkena gempa bumi, sehingga bangunan anti gempa
diperlukan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Dengan menggunakan
bangunan anti gempa bumi tersebut, maka korban jiwa ataupun korban luka akan
bisa dihindari.
Walaupun tidak bisa dihindari sepenuhnya, tapi efek buruk dari gempa bisa dikurangi. Negara Indonesia adalah negara yang sepertinya membutuhkan teknologi anti gempa seperti di Negara Jepang, mengingat negara Indonesia sudah mulai banyak gempa bumi yang menimbulkan korban jiwa. Teknologi yang dibutuhkan untuk bangunan anti gempa ada bermacam-macam. Berikut ini adalah teknologi-teknologi yang dapat diterapkan dalam bangunan anti gempa.
Walaupun tidak bisa dihindari sepenuhnya, tapi efek buruk dari gempa bisa dikurangi. Negara Indonesia adalah negara yang sepertinya membutuhkan teknologi anti gempa seperti di Negara Jepang, mengingat negara Indonesia sudah mulai banyak gempa bumi yang menimbulkan korban jiwa. Teknologi yang dibutuhkan untuk bangunan anti gempa ada bermacam-macam. Berikut ini adalah teknologi-teknologi yang dapat diterapkan dalam bangunan anti gempa.
7.
Pondasi melayang
Seperti yang
sudah kita ketahui, teknologi bangunan anti gempa sudah digunakan oleh negara
maju seperti Negara Jepang. Salah satunya adalah pondasi melayang. Konsep
pondasi melayang yang dikembangkan oleh ilmuwan Jepang ini dimana pondasi
bangunan dapat terangkat ketika terjadi gempa bumi. Cara kerja dari alat ini
adalah sensor yang dimiliki alat ini akan mendeteksi gempa bumi.
Sensor tersebut terhubung dengan kompresor udara yang dalam persekian detik akan memompa udara dan menyebabkan pondasi dan bangunan tersebut akan terangkat ketika terjadi gempa bumi. Dengan adanya hal ini akan mengisolasi bangunan tersebut dari tenaga yang dapat menghancurkan. Ketika gempa tersebut berakhir, maka kompresor akan mati dan pondasi dari rumah tersebut akan kembali seperti semula.
Sensor tersebut terhubung dengan kompresor udara yang dalam persekian detik akan memompa udara dan menyebabkan pondasi dan bangunan tersebut akan terangkat ketika terjadi gempa bumi. Dengan adanya hal ini akan mengisolasi bangunan tersebut dari tenaga yang dapat menghancurkan. Ketika gempa tersebut berakhir, maka kompresor akan mati dan pondasi dari rumah tersebut akan kembali seperti semula.
6.
Penyerap goncangan
Teknologi
ini sebenarnya sudah diterapkan dalam sebuah kendaraan seperti mobil dan
kendaraan lainnya, tetapi untuk bangunan anti gempa, teknologi ini memang masih
belum digunakan. Teknologi penyerap bangunan ini memiliki sistem kerja menggunakan
hidrolik, getaran dari gempa tersebut akan disalurkan kepada penyerap
goncangan, memperlambat dan memperlemah getaran magnitudo yang dimiliki oleh
gempa bumi sehingga getaran tersebut tidak merusak bangunan yang berada di
dalamnya. Biasanya teknik ini disebut sebagai teknik damping dan biasanya
teknik ini ditemui di arsitek-arsitek modern.
5.
Tenaga pendulum
Siapa yang
menyangka jika konsep pendulum digunakan oleh para ilmuwan untuk bangunan
pencakar langit? Cara kerja pendulum yang digoyang sebagaimana pun pada
akhirnya akan kembali ketengah itu dipakai dalam gedung pencakar langit. Dengan
menggunakan teknologi ini, jika terdapat aktifitas gempa, pendulum yang berada
di dalam pondasi akan bergerak berlawan arah sehingga mengurangi energi gempa.
Ternyata salah satu gedung sudah menggunakan teknologi ini, yaitu gedung Taipei 101, gedung ini memiliki tinggi 508 meter dan juga memiliki jumlah lantai sesuai dengan namanya yaitu 101. Dengan menggunakan teknologi ini, resiko gendung pencakar langit rubuh karena terkena gempa bisa di kurangi.
Ternyata salah satu gedung sudah menggunakan teknologi ini, yaitu gedung Taipei 101, gedung ini memiliki tinggi 508 meter dan juga memiliki jumlah lantai sesuai dengan namanya yaitu 101. Dengan menggunakan teknologi ini, resiko gendung pencakar langit rubuh karena terkena gempa bisa di kurangi.
4.
Sekring pengganti
Hal yang
biasa dimiliki oleh sebuah bangunan adalah bangunan tersebut memiliki sekring
yang berfungsi untuk memberikan proteksi jika mengalami kegagalan listrik
dimana kamu dapat menggantinya jika mengalami kerusakan. Para ilmuwan membuat
sekring yang lebih canggih dimana sekring tersebut sengaja di khususkan untuk
tahan terhadap gempa.
Teknologi sekring tahan gempa tersebut diciptakan oleh seorang peneliti yang berasal dari Stanford University dan the University of Illinois yang menamakan teknologi tersebut dengan nama controlled rocking system. Mengapa sekring ini bisa tahan terhadap gempa? Hal itu disebabkan karena sekring ini memiliki kemampuan self-centering yang dapat menahan gempa serta menarik seluruh struktur bangunan tersebut ketika gempa tersebut berhenti. Jika sekring ini meledak anda dapat menggantinya dengan yang baru.
Teknologi sekring tahan gempa tersebut diciptakan oleh seorang peneliti yang berasal dari Stanford University dan the University of Illinois yang menamakan teknologi tersebut dengan nama controlled rocking system. Mengapa sekring ini bisa tahan terhadap gempa? Hal itu disebabkan karena sekring ini memiliki kemampuan self-centering yang dapat menahan gempa serta menarik seluruh struktur bangunan tersebut ketika gempa tersebut berhenti. Jika sekring ini meledak anda dapat menggantinya dengan yang baru.
3.
Mantel gempa yang tidak terlihat
Melihat dari
konsep dari gempa yang menyalurkan gelombang layaknya ombak atau riak pada air,
para ilmuwan membuat mantel gempa yang tidak terlihat. Para ilmuwan percaya
bahwa gelombang tersebut dapat disalurkan dan dapat dibuat mantel tidak
terlihat.
Dengan menggunakan mantel tersebut gelombang gempa tidak dapat menyalurkan energinya mengenai bangunan dan hanya melewatinya saja. Konsep ini pernah diujicoba oleh para ilmuwan di negara Prancis pada 2013 silam. Dengan menggunakan teknologi ini, diharapkan teknologi ini dapat mengurangi dampak gempa atau bahkan menghilangkannya.
Dengan menggunakan mantel tersebut gelombang gempa tidak dapat menyalurkan energinya mengenai bangunan dan hanya melewatinya saja. Konsep ini pernah diujicoba oleh para ilmuwan di negara Prancis pada 2013 silam. Dengan menggunakan teknologi ini, diharapkan teknologi ini dapat mengurangi dampak gempa atau bahkan menghilangkannya.
2.
Shape Memory Alloys
Teknologi
Shape Memory Alloys adalah teknologi yang dapat untuk menahan tarikan berat dan
akan kembali ke bentuk semulanya (mirip per namun lebih canggih). Banyak
insinyur menggunakan teknologi hebat ini sebagai material konstruksi mereka.
Mengapa bahan ini bisa menahan tarikan berat dan akan ke bentu semulanya?
Hal tersebut karena salah satu bahan campuran logam ini adalah titanium yang memiliki kemampuan 10 hingga 30 persen lebih elastis daripada baja biasa. Pada tahun 2012, ilmuwan dari University of Nevada, Reno, menunjukan bahwa shape memory alloys tersebut dapat melampaui segala material tradisional dan kerusakan yang ditimbulkan jika menggunakan material ini lebih sedikit.
Hal tersebut karena salah satu bahan campuran logam ini adalah titanium yang memiliki kemampuan 10 hingga 30 persen lebih elastis daripada baja biasa. Pada tahun 2012, ilmuwan dari University of Nevada, Reno, menunjukan bahwa shape memory alloys tersebut dapat melampaui segala material tradisional dan kerusakan yang ditimbulkan jika menggunakan material ini lebih sedikit.
1.
Tabung kardus
Untuk negara
yang berkembang, teknologi ini mungkin cocok diterapkan di negarannya. Kardus
yang kita anggap sebagai barang yang tidak kokok dapat berubah menjadi material
terkokoh yang dapat digunakan untuk menahan gempa.
Hal ini diketahui setelah insinyur dari negara Jepang Shigeru Ban yang telah mencoba beberapa desain bangunan yang menggunakan bahan dasar kardus sebagai elemen utama framing. Salah satu bangunan yang menggunakan bahan kardus ini adalah di Transitional Cathedral di Christchurch, New Zealand yang menggunakan 98 tabung kardus raksaksa yang ditambah dan diperkuat dengan menggunakan balok kayu. Dengan struktur kardus dan kayu yang sangat ringan dan fleksibel, membuat kinerjanya menjadi lebih baik ketika terjadi gempa.
Hal ini diketahui setelah insinyur dari negara Jepang Shigeru Ban yang telah mencoba beberapa desain bangunan yang menggunakan bahan dasar kardus sebagai elemen utama framing. Salah satu bangunan yang menggunakan bahan kardus ini adalah di Transitional Cathedral di Christchurch, New Zealand yang menggunakan 98 tabung kardus raksaksa yang ditambah dan diperkuat dengan menggunakan balok kayu. Dengan struktur kardus dan kayu yang sangat ringan dan fleksibel, membuat kinerjanya menjadi lebih baik ketika terjadi gempa.
Dengan bahan kardus yang bisa dikatakan relatif murah, maka bangunan anti gempa dengan bahan kardus ini bisa diterapkan di Negara Indonesia. Jika teknologi ini berhasil diterapkan di Negara Indonesia, maka teknologi ini akan sangat bermanfaat sekali jika terjadi gempa yang cukup parah.
Korban luka dan korban jiwa bisa dikurangi bahkan dihilangkan dengan memanfaatkan teknologi dengan menggunakan bahan kardus ini. Karena di Negara Indonesia, bangunan anti gempa masih sangat sedikit (atau tidak ada?) sehingga akan sangat berbahaya jika bangunan di Indonesia terkena gempa yang cukup besar.